Suatu ketika..
Si A sedang ingin meningkatkan penjualan toko onlinenya di marketplace.
Si A tergoda untuk mengikuti sebuah program “Satu Hari Satu Rupiah” yang diselenggarakan oleh marketplace tersebut.
Pada program yang akan berlangsung selama satu hari tersebut, semua produk akan dijual seharga Rp.1,-.
Si A berpikir dengan meningkatnya jumlah traffic maka akan mudah baginya untuk meningkatkan omset penjualannya. Dan menurutnya ini adalah hal yang menguntungkan untuk bisnisnya.
Dengan semangat 45 lalu mulailah Si A mencari produk seharga Rp.5.000,-/pcs untuk kemudian diikut sertakan pada program tersebut.
Hari yg ditentukan telah tiba dan program itupun berjalan dengan sukses.. (selamat untuk Marketplace)
Hasilnya…
Traffic toko online Si A meningkat drastis, orang-orang berbondong-bondong untuk membeli produk tersebut.
Dan 3rb pcs produk ludes terjual dalam waktu kurang dari satu jam.
Yang tidak Si A sadari adalah…
1. Rp. 5ribu x 3rb pcs = 15jt biaya yang dia keluarkan untuk mendapatkan history 3rb pcs produk terjual.
2. Ongkos kirim tidak ditanggung oleh marketplace, itu artinya Si A harus menanggung biaya pengiriman ke 3rb alamat.
3. Orderan meningkat tajam, itu artinya Si A harus membayar biaya lembur karyawan bagian packaging.
Kemudian…
Disatu waktu Si A merilis produk yang sama dengan harga normal.
Apa yang terjadi?
Tak satupun produk tersebut laku terjual meskipun produk tersebut telah memiliki history terjual 3rb pcs.
Apa pelajarannya?
List yang sehat bukan saja soal kuantitas melainkan juga kualitas.
Dan perlahan daily email anda akan menyingkirkan list anda yang sakit.
Jadi..
Apakah menurut anda itu menguntungkan?
Eh btw.. itu buyer milik marketplace atau milik toko online Si A ya..)