Seorang teman menghubungi saya pagi ini. Kami cukup lama tidak bertemu.
“Apa kabar Mas Anang?”
“Alhamdulillah baik mas”, jawab saya.
dan blablabla
Setelah cukup dengan basa-basi lalu di ujung percakapan kami, teman saya menawarkan sebuah program cepat kaya.
Dan dengan santun saya pun menolaknya.
Mengapa dia gagal?
1. Dia tidak bertanya kebutuhan saya.
2. Dia memaksakan logika untuk membangun trust pada pandangan pertama.
Manusia dibekali dengan hati dan akal pikiran.
Ketika tiba-tiba menggunakan logika pada penawaran pertama, bukankah itu artinya sedang membangun sebuah penolakan.
Itulah mengapa manusia cenderung berpikir kritis dan rasional terhadap sesuatu yang baru.
Bukankah penjualan itu terjadi karena anda berhasil melibatkan emosional?
Jadi kapan sebaiknya menggunakan logika dan emosional?
Apakah anda menyadari bahwa sebagian besar prospek takut untuk kehilangan?
Lantas, bagaimana anda akan menjawab “rasa takut” mereka?