Ketika saya berusia 10 tahun, sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi pada diri saya dan kejadian ini selalu membekas pada diri saya sampai hari ini.
Sore itu seperti biasa saya dan kawan-kawan saya bermain di teras salah satu rumah teman saya….
Saking semangatnya kami bermain dan bercanda kejadian tidak saya harapkan pun terjadi. Kepala saya membentur salah satu sudut pilar teras rumah dan darah segar mengucur deras tepat di dahi kepala saya bagian atas (bekas lukanya sampai saat ini masih ada dan tidak dapat hilang).
Dan itu benar-benar terjadi..
Dapat anda bayangkan, itu sama sekali bukan kejadian yang menyenangkan.
Tak ada satupun teman yang berani mengantar saya pulang ataupun ke klinik (maklum saat itu kami masih 10 tahun dan belum mengerti arti urgensi). Dengan berjalan perlahan dan kepala saya tutupin dengan baju yang menempel di badan, saya pulang sendirian. Kepala berasa pening, baju penuh dengan darah tapi keinginan saya untuk segera sampe rumah lebih kuat. Hingga saat itu bertemu dengan ibu saya yang sedang menyapu halaman.
Mau tahu respon ibu saya?
Ibu tetap melanjutkan menyapu halaman lalu berteriak memanggil ayah saya dan memberitahu bahwa kepala saya bocor.
Ayah saya lebih sensitif lagi, “Segera setelah selesai mencuci motor, ayah akan kesana, kamu tahu kan motornya kotor sekali karena hujan tadi siang.”
Kakak dan adik adik saya?
Sedang asyik nonton serial drama di televisi.
Tidakkah response seperti itu menjadi aneh?
Ya tentu saja!
Inilah yang sebenarnya terjadi…